Minggu, 30 Januari 2011

IPTEK dan Kemiskinan

Mungkin agak aneh dengan judulnya, IPTEK di hubungkan dengan kemiskinan. Karena Ilmu Pengetahuan dan Teknologi biasanya menggambarkan kemajuan suatu kaum, sehebat apa suatu zaman bisa di lihat dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mereka miliki.

Ilmu Pengetahuan


Dikalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahun secara teratur, yang di peroleh dengan pangkal tumpuan atau objek tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, umum dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena macam-macam pandangan dan teori, diantaranya menurut Aristoteles, pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat di inderai dan dapat merangsang budi. Da menurut saya, pengetahuan itu berarti hal-hal apa saja yang diketahui oleh seseorang atau benda.

Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori-teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil, dimana pegetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil yang terdahulu.Kedua, pengetahuan itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan. Teori ketiga menyatakan bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.

Pembentukan ilmu sendiri akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian. Meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek normal yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputu rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dari pengamatan, suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis. Yang terakhir ialah pengujian kesimpualn dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.

Untuk mencapai pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan mendukung dalam mencapai tujuan ilmu tiu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi 4 hal, yaitu :
1.Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
2.Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
3.Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4.Merasa pasti bahwa pendapat atau teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.

Teknologi

Menurut Alvion Toffler (1970) mengumpamakan ‘Teknologi’ itu sebagai mesin yang besar atau sebuah akselerator (alat mempercepat) yang dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan secara kualitatif dan kuantitatif maka kian meningkat pula proses akselerasi yang ditimbulkan oleh teknologi.

Saat ini di Negara-negara maju telah memasuki tahap superindustrialisme melalui inovasi teknologis tiga tahap, yaitu :
1.Ide kreatif
2.Penerapan praktisnya
3.Difusi atau penyebarluasan dalam masyarakat.

Ketiga tahap ini merupakan siklus yang menimbulkan bermacam-macam ide kreatif baru sehingga merupakan reaksi berantai yang disebut proses perubahan.

Teknologi bersifat ambivalen disamping segi yang positif juga memperlihatkan sisi negative, terkadang di anggap suci demi tujuan akhir, bukan sebagai alat perubahan lagi. Oleh karena itu teknologi membutuhkan bimbingan moral, menentukan apa yang harus dan apa yang jangan dikerjakan. Teknologi tepat guna adalah pengembangan teknologi yang sesuai dengan situasi budaya dan geografis masyarakat, penentuan teknologi sendiri sebagai suatu identitas budaya setempat serta menggunakan teknologi dalam proses produksi untk menghasilkan barang-barang kebutuhan dasar dan bukan barang-barang objek ketamakan.

Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi barat, yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segelintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi barat tersebut adalah :
1.Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2.Dalam structural social, teknologi barat bersifat melestarikan sifat ketergantungan.
3.Kosmologi atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secaa terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.

Kemiskinan


Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti sandang, pangan dan papan.

Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Garis kemiskinan yang menetukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1.Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan system nilai yang dimiliki. Persepsi orang-orang akan kebutuhannya pasti berbeda-beda, contoh bagi sebagian kalangan, mobil merupakan salah satu kebutuhan pokok yang wajib dimiliki, sedangkan sebagian lain tidak.
2.Posisi manusia dalam lingkingan sekitar
3.Kebutuhan objektif manusia busa hidup secara manusiawi

Selain itu, ada beberapa cirri mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan, diantaranya :
1.Tidak memiliki factor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dan sebagainya.
2.Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
3.Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
4.Kebanyakan tinggal didesa sebagai pekerja bebas, berusaha apa saja
5.Banyak yang hidup dikota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan.

Nah, dari beberapa ciri diatas, kita bisa lihat sendiri, apakah kita termasuk orang yang hidup dibawah garis kemiskinan. Jika tidak, maka hendaknya kita bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepada kita.

1 komentar: